Recent Post



Mengenang Rahmah El-Yunusiyyah, Ibu Pendidikan Indonesia

Bukittinggi BN-News_Rahmah El-Yunusiyyah, perempuan Minang yang terlahir di kota Serambi Mekah Padang Panjang, merupakan sosok perempuan pejuang pendidikan. Dilahirkan pada tanggal 29 Desember 1900, dari seorang ibu yang bernama Rafi'ah dan ayah bernama Muhammad Yunus Al-Khalidy.

Rahmah El-Yunusiyyah dibesarkan di tengah keluarga yang harmonis, mendapat bimbingan penuh dari orangtua dan kakak-kakaknya, sehingga membentuk pribadi beliau yang kuat. 

Dalam buku Rahmah El-Yunusiyyah dalam Arus Sejarah Indonesia (2021) dipaparkan ketekunan Rahmah El-Yunusiyyah menuntut ilmu, menambah wawasan, dan memperluas pengetahuan. 

Dari sisi perkembangan intelektual, beliau sangat dipengaruhi oleh Zainuddin Labay (1890-1924), seorang ulama yang sangat berpengaruh di zamannya. Kakak laki-laki tertuanya itu menjadi panutan dan berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian Rahmah El-Yunusiyyah.

Bagi Rahmah El-Yunusiyyah, belajar merupakan kewajiban asasi siapa pun tanpa memandang jenis kelamin. Beliau mengimplementasikan filosofi belajar sepanjang hayat dan tidak terbatas ruang dan waktu, seperti halnya falsafah Minang “Alam Takambang Jadi Guru”.

Rahmah El-Yunusiyyah memperdalam kemampuan berbahasa asing dan mengasah keterampilan serta kecakapan hidup sebagai bekal seorang perempuan, seperti bertenun dan menjahit. Beliau juga mempelajari ilmu kebidanan dan kesehatan dari beberapa dokter di Bukittinggi, Kayu Tanam, Payakumbuh, dan Padang Panjang. 

Dari ilmu yang dipelajarinya itu, Rahmah mendapatkan izin praktik dari dokter. Di samping itu, untuk lebih mendalami ilmu agama, Rahmah El-Yunusiyyah berguru kepada Haji Abdul Karim Amrullah alias Haji Rasul (1879-1945), Syekh Muhammad Djamil Djambek (1860-1947), dan Abdul Malik Hakim (1893-1959) yang dikenal sebagai muslim modernis.

Rahmah El-Yunusiyyah yang terlahir dari keluarga yang berpendidikan dan mendapat pendidikan yang baik, merasa terpanggil untuk memperbaiki keadaan pendidikan kaum perempuan. Tidak meratanya pendidikan bagi kaum perempuan dan rendahnya pandangan orangtua terhadap pendidikan anak yang tidak memprioritaskan pendidikan bagi anak perempuan, menjadi masalah yang harus dituntaskan oleh Rahmah El-Yunusiyyah.

Dalam buku Rahmah El-Yunusiyyah dalam Arus Sejarah Indonesia ( 2021) dijelaskan bahwa secara psikologis Rahmah El-Yunusiyyah telah matang secara intelektual, emosional, dan spiritual. Beliau menjawab berbagai permasalahan yang menggelayut di benaknya. Rahmah El-Yunusiyyah bertekad dan berkehendak kuat untuk membimbing dan mendidik kaum perempuan agar lebih berilmu, cerdas, dan terampil dengan tidak memandang latar belakang sosial dan ekonominya. Perempuan wajib menuntut ilmu.

Dengan tekad yang kuat dan didukung oleh kakaknya Zainuddin Labay, Rahmah El-Yunusiyyah mendirikan Perguruan Diniyyah Puteri pada 1 November 1923. Pada awal berdirinya, Rahmah El-Yunusiyyah memiliki siswa yang terdiri dari ibu rumah tangga dan beberapa orang remaja putri. Konsep belajarnya pun berbeda dengan sekolah yang ada saat itu. Rahmah El-Yunusiyyah memakai konsep sekolah berasrama, sehingga memudahkan beliau untuk mengatur waktu pembelajaran dan dapat memantau siswanya setiap saat. 

Di perguruannya, pembelajaran yang diberikan tidak terbatas pada pembelajaran formal saja, tetapi para siswa juga belajar kepanduan, dorongan membaca surat kabar (literasi), koperasi, organisasi, dan kesenian. Shalat berjama'ah dilakukan di tempat mereka belajar dan keterampilan di bidang keputrian. Sebagaimana dijelaskan dalam buku Rahmah El-Yunusiyyah dalam Arus Sejarah Indonesia (2021).
Jika kita tilik, ternyata Rahmah El-Yunusiyyah sudah lebih dahulu melaksanakan konsep pendidikan yang kita gunakan saat ini, yaitu menyatukan antara spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. 

Seperti yang tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Rahmah El-Yunusiyyah berjuang atas inisiatif sendiri untuk memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan. Perguruan yang didirikannya pun tidak sebatas untuk perempuan Minang, tetapi mencakup berbagai daerah di Nusantara, bahkan sampai mancanegara. Konsep pendidikan yang diusung Rahmah El-Yunusiyyah menjadikan perempuan sebagai Ibu Pendidik.

Pemikiran Rahmah El-Yunusiyyah tentang guru dan bagaimana seharusnya guru mendidik pun sampai saat ini masih sangat tepat kita gunakan dalam mendidik. Sungguh tepat kiranya gelar Ibu Pendidikan Indonesia, kita sematkan untuk Rahmah El-Yunusiyyah. Wallahu a'lam.

                                            DITULIS OLEH : 
Yesi Sunalfia Dewi Z S.Pd  
Guru SDN 03 Pulai Anak Air, Bukitttinggi, Sumatera Barat.
Alamat: Jalan Basa nan Kuniang, Kelurahan Pulai Anak Air, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, Bukittinggi.

Posting Komentar

0 Komentar