Recent Post



Tanggapi dua kota di Sumbar memiliki Indeks Toleransi rendah, Hasril Chaniago: Kalau soal Tenggang-Rasa, jangan ajari orang Sumatera Barat

H. Hasril Chaniago

PAYAKUMBUH, BN-News "Beginilah jadinya jika kita menari dengan gendang orang lain, langkah kita akan selalu salah menurut mereka. Istilah Toleransi dan Intoleransi itu bukanlah milik kita. Kita juga punya istilah sendiri yaitu tenggang rasa, batulak-ansua, orang Sumatera Barat sangat bertenggang rasa" kata H. Hasril Chaniago dalam acara Pagelaran & Dialog Kebangsaan Season III yang diadakan oleh presidium FSB PALIKO (Forum Seni & Budaya Payakumbuh - Limapuluh Kota) dengan tema "Menangkal  Intoleransi Melalui Kegiatan Seni dan Budaya Ranah Minang" bertempat di Panggung Permanen Medan Nan Bapaneh Ngalau Indah Payakumbuh pada Senin malam 15 Mei 2023.

Tokoh Minang dan wartawan senior asal Kapalo Koto nagari Koto Tangah Simalanggang ini merespon hasil studi SETARA Institute tahun lalu yang menempatkan Kota Padang, dan Pariaman dalam daftar 10 kota dengan Indeks Kota Toleransi (IKT) terendah di Indonesia. ¨Tidak benar itu, masyarakat kita sangat bertenggang rasa, sangat batulak ansua.¨

¨Contoh saja pertemuan kita malam ini, sering juga saya menghadiri acara-acara dialog seperti ini, tetapi baru kali ini saya menyaksikan Organisasi Masyarakat, Mahasiswa, OKP yang hadir sebanyak ini dengan penuh tenggang rasa. Kalau tidak ada batulak-ansua tentu bertengkar kita jadinya kan. Disini kita lihat para hadirin begitu kompak, kalau disebut kota Payakumbuh ini Intoleransi, salah sekali¨.

¨Saya dulu sekolah di STM jurusan mesin, jadi saya ada istilah-istilah ilmu teknik seperti kata toleransi. Toleransi adalah dua batas penyimpangan ukuran yang diijinkan. Misalnya, sebuah elemen diberi ukuran dasar dan nilai toleransi. Toleransi pada dasarnya dibedakan menjadi tiga macam, yakni toleransi ukuran, toleransi geometrik, dan konfigurasi kekasaran permukaan. Ada toleransi kecil seperti jarum jam dan ada toleransi yang besar sampai 1 CM adalah teknik bangunan.¨

¨Jadi tidak bisa istilah itu kita gunakan sebagai parameter untuk kehidupan masyarakat kita, kalau menari dengan Gandang Orang lain maka langkah kita  akan selalu salah. Memakai istilah dengan ukuran orang lain ya begitulah. Kalau soal tenggang rasa, jangan ajari orang Sumatera Barat.¨

¨Toleransi dalam KBBI adalah tenggang rasa, janganlah diajari orang Minang ini dengan Raso jo Pareso. Hal-hal yang menyimpang yang kita paksakan kepada orang lain supaya sesuai dengan kita maka itulah intoleransi sesungguhnya, orang itu tidak tenggang rasa terhadap kita. Di Minangkabau ini tidak pernah terjadi kerusuhan karena Sara, baik itu di Padang, Solok, Padang Panjang, Payakumbuh, Bukittinggi, dll.¨

¨Mengapa mereka menyebut masyarakat Sumbar sering disebut Intoleran, itu adalah karena keberadaan beberapa Perda Syariah.¨

Dikutip dari pernyataan Faisal Zaini Dahlan di laman langgam.id ¨Kota-kota di Sumbar diletakkan pada posisi di bawah garis tengah. Dari 94 kota yang diukur, disusun 9 kelompok rangking. Solok berada pada kelompok rangking 6, Padang Panjang dan Sawahlunto kelompok rangking 7, Bukittinggi dan Payakumbuh kelompok rangking 8, bahkan dua kota lainnya berada di kelompok terakhir atau sepuluh besar terendah, yakni Pariaman dan Padang. Ibu Kota Sumbar ini berada di posisi ketiga dari bawah. 

Dikutip dari penyampaian Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumatra Barat (Sumbar), Prof. Duski Samad di laman padangkita.com menyebutkan ¨IKT yang disusun tersebut tentu sesuai dengan kriteria SETARA Institute, sehingga tidak mudah diketahui publik. Sebuah rancangan penelitian, studi, atau survei, tetap ada bias. Subyektivitas tidak mudah dihindari karena dipengaruhi tujuan, target dan opini yang akan dibangun, kemudian paradigma riset, survei kualitatif dan kuantitatif tidaklah bisa sama. Toleransi adalah kualitas hubungan harmonis dalam komunitas yang hanya dipahami melalui kualitatif, In-Dept interview dan obeservasi yang berkali-kali. Bila semua diukur dengan kuantifikasi atau angka maka peluang keliru penyimpulan, tinggi,” ujar Duski yang juga Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, kepada Padangkita.com, Jumat (7/4/2023).


FSB Paliko kembali adakan acara Dialog Kebangsaan

Presidium FSB PALIKO (Forum Seni & Budaya Payakumbuh - Limapuluh Kota) kembali adakan acara Pagelaran & Dialog Kebangsaan Season III dengan tema "Menangkal Intoleransi Melalui Kegiatan Seni dan Budaya Ranah Minang" bertempat di Panggung Permanen Medan Nan Bapaneh Ngalau Indah Payakumbuh pada Senin malam 15 Mei 2023.

 

Nampak hadir pada acara itu tokoh-tokoh dari Luak Limopuluah seperti H.Y.B Dt. Parmato Alam, SH, MH anggota DPRD Kota Payakumbuh, Budi Febriandi seorang Akademisi dan mantan Komisioner KPU Limapuluh Kota. H. Hasril Chaniago wartawan senior dan tokoh Minang.

Hadir juga dari pengurus Ormas seperti PERTI Limapuluh Kota beserta pemuda Tarbiyah, GP ANSHOR Limapuluh Kota, KNPI Payakumbuh dan Limapuluh Kota, KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), LDK (Lembaga Dakwah Kampus) Politani Payakumbuh, HMI Cabang Payakumbuh, Serikat Mahasiswa Muslim Indonesia (SEMMI) Kota Payakumbuh, PC. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Limapuluh Kota & Payakumbuh. Fatayat NU. Kab. Limapuluh Kota, Ikatan Pelajar NU Kab. Limapuluh Kota. PCNU Kota Payakumbuh, IPM Payakumbuh, Nasyiatul Aisyiah Payakumbuh, IMM Payakumbuh, Pemuda Muhammadiyah Payakumbuh.


Kemudian perguruan Tapak Suci Payakumbuh, Perguruan Silat Satria Muda Payakumbuh, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Pelajar Islam Indonesia (PII) Payakumbuh, Gerakan Pemuda Islam (GPI) Limapuluh Kota, Korps HMI-Wati (Kohati) Payakumbuh, Pokdar Kamtibmas payakumbuh, HIPAKAD (Himpunan Putra Putri Keluarga Angkatan Darat) Payakumbuh, FKPPI (Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI POLRI) Payakumbuh, LKA Elang Payakumbuh, Dirut Denai Kota Payakumbuh.

Juga hadir Forum Masyarakat terdampak jalan Tol (Format) Kab. Limapuluh Kota, Persatuan Wali nagari se Limapuluh Kota, Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) PUK Payakumbuh, PP (Pemuda Pancasila), Pemuda Panca Marga Payakumbuh, Komunitas Mobil Kujang Payakumbuh, Komunitas Mobil Starlet Payakumbuh, Komunitas Karimun 50 Kota, PMI Payakumbuh, Randai Anggun Nan Tongga Koto Nan Ampek, Sago 4 x 4 Payakumbuh, barisan Pemuda Nusantara  Laboratorium Kalibrasi dan Kengujian  alat medis (ELSYAHFI CALIBRATECH MANDIRI), Keluarga Besar Pedagang Keliling Paliko.

Advokasi Pengacara Peneyeimbang Payakumbuh, Presidium BEM Politani, BEM Muhammadiyah Payakumbuh, BEM STAIDA Payakumbuh, BEM STKIP Payakumbuh, BEM STIH Payakumbuh, BEM STT Payakumbuh, BEM STIT Payakumbuh, BEM FEB Unand Payakumbuh  BEM Faterna Unand Payakumbuh, HIMA Ekonomi Unand Payakumbuh, Hima Manajemen Unand Payakumbuh, HIMAPAS (Himpunan Mahasiswa Pasaman), Mahasiswa Mandaeling Natal, Mahasiwa Sumut, Mahasiswa Kepulauan, dan sejumlah tokoh dan OKP lainnya.

Acara dimulai dengan pertunjungan Pencak Silat dari Perguruan SMI Payakumbuh, kemudian dilanjutkan dengan Dialog Kebangsaan dengan nara sumber ketua LKAAM Kota Payakumbuh H.Y.B Dt. Parmato Alam, SH, MH, H. Hasril Chaniago tokoh Minang dan wartawan senior, Presma Politani Negeri Payakumbuh, KA Kesbangpol, Perwakilan OKP yang diisi oleh HMI. Kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan Randai Anggun Nan Tongga sampai jam 00.45 Wib. (2,5 jam).

Dalam paparannya H.Y.B Dt. Parmato Alam, SH, MH, ketua LKAAM Kota Payakumbuh menyampaikan "kami dari LKAAM sedang mencanangkan Niniak-mamak masuak sekolah yang akan mengajari anak-anak pelajar kita tentang adat dan budaya Minang untuk menangkal Intoleransi tersebut.

Sedangkan perwakilan generasi milenial Presma Politani, feri menghimbau kepada pemuda-pemudi ¨mari kita berinisiatif untuk belajar adat-istiadat negeri kita, saya berasal dari Pariaman, sebagaimana yang disebutkan oleh narasumber tadi cuplikan tentang intoleransi masyarakat padang Pariaman, itu salah tidak benar sama sekali. Saya mengapresiasi pengajaran muatan lokal di Payakumbuh dan Limapuluh Kota yang telah mengajarkan Budaya Alam Minangkabau.

Pewarta : F. Malin Parmato

Posting Komentar

0 Komentar