Recent Post



Do’a Orang Tua Antarkan Pegawai Kontrak Jadi Kepala Cabang. Ini Sosoknya

BUKITTINGGI, BN News - Henny Nursanti, wanita kelahiran 18  Agustus 1978 tahun silam di Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjuang Jabung Barat, Provinsi Jambi, tidak mudah dan instan untuk menjadi seperti sekarang, Kepala BPJS Kesehatan Cabang Bukittinggi sejak 22 April 2021. Banyak suka duka yang dirasakan dan dialami, bahkan sampai jauh dari keluarga tercinta.

Berkat Do’a ibu dan supor dari papanya Henny Nursanti, yang mengawali perjalanan karirnya sebagai Pegawai Kontrak di PT Askes setelah menamatkan pendidikan S1 di FKM Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Reproduksi, dengan mudah bisa sampai menjadi orang nomor satu di kantor cabang BPJS Kesehatan yang membawahi beberapa kabupaten kota. 

Bertugas sebagai Kepala Cabang BPJS Kesehatan Bukittinggi yang membawahi Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Pasaman, dan Kabupaten Agam, sebenarnya Henny Nursanti sedang pulang kekampung halamannya. Karena, papanya adalah orang Bukittinggi dan ibunya orang Payakumbuh. Meski, lahir dan besar di Kuala Tungkal, namun darah Minang mengalir dalam dirinya.   

Menghabiskan masa kecil dengan menimba ilmu mulai dari TK, SD Negeri Komplek Air Panas Batang Hari Jambi, SMP N 7 Kota Jambi dan SMAN 1 Muaro Bungo Jambi, di Provinsi Jambi. Kemudian, Henny Nursanti melanjutkan kuliahnya dengan program D3 Keperawatan di STIkes Mercubaktijaya Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, di kampung halaman ibu dan papanya. 

Henny Nursanti kecil memiliki bakat dan hobi dibidang seni. Ia kemudian memutuskan untuk meneruskan pendidikan di Institut Seni Jakarta (IKJ). Sayang, harapan Henny Nursanti harus layu sebelum berkembang, mengingat orangtuanya merasa belejar dan menyalurkan hobi dibidang seni tidak harus kuliah di IKJ, sebab bisa belajar diekstra kurikuler. 

Kandas mewujudkan mimpinya dibidang seni, ia disuruh orangtuanya kuliah di program D3 Keperawatan Stikes Mercubaktijaya Padang. Sebagai anak perempuan yang patuh dan berbakti kepada kedua orangtuanya, Henny Nursanti yang menginjak remaja, hanya bisa menuruti orang tuanya. Walau tidak pernah bercita-cita menjadi perawat, tetapi dirinya, begitu mendalami ilmu Keperawatan. 

Bahkan setelah tamat Akper Mercubaktijaya Padang, Henny Nursanti diminta untuk menjadi staf dosen selama Satu tahun. Karena merasa sebagai staf pengajar tidak cukup dengan pendidikan D3. Akhirnya, wanita yang gigih dan ulet ini memilih melanjutkan pendidikan di S1 FKM Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Reproduksi. Dan selama di Jakarta, sambil kuliah dirinya mengisi waktu dengan mengajar dibeberapa tempat, yaitu di Akbid Marinir Cilandak dan Akbid Jagakarsa. 

Dirinya sejak dibangku perkuliahan memang termasuk mahasiswa yang aktif berinteraksi dengan teman-teman maupun dengan masyarakat. Itu dibuktikan, ditengah kesibukannya kuliah dan mengajar disela waktu senggang, Henny Nursanti juga aktif dalam penelitian-penelitian yang dilakukan mahasiswa yang ada di Fakultas Kesehatan Masyarakat. Setelah berhasil menamatkan pendidikan S1 di UI, Henny Nursanti berfikir untuk tetap mencari kerja di Jakarta. 

Lagi-lagi, keinginannya kembali kandas setelah orang tuanya meminta dirinya untuk pulang kevtanah kelahirannya Muaro Bungo Jambi. Sebagai anak yang berbakti kepada ibu dan papanya, Henny Nursanti hanya bisa pasrah. Dia sangat paham kerinduan orang tuanya ketika berpisah jauh dengan anak tercintanya dalam waktu yang lama. Hingga, dirinya memutuskan pulang ke-Jambi dengan harapan kosong.

Tapi, do’a ibu dan papanya tidak pernah putus menyertai langkahnya. Dia tetap tegar, sabar, ikhlas dan terlihat optimis dihadapan kedua orangtuanya sesampai di kampung, Jambi. Ternyata, jika orang tua ridho dengan kehidupan kita, maka Allah akan ridho. Benar saja, orang tuanya punya skenario besar untuk hidup Henny Nursanti dimasa depan. Di tengah ketidak pastian itu kemudian orangtuanya mendorong anak gadis cantiknya itu untuk mendaftar menjadi pegawai kontrak di PT. Askes. 

PERJALANAN BARU DIMULAI 

Dari situlah perjalahan hidup Henny Nursanti, yang berhasil mengantarkan Empat dari Lima daerah dibawah wilayah kerja BPJS Kesehatan Bukittinggi meraih anugerah UHC universal dari Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin, baru dimulai. Dengan langkah tegap penuh percaya diri dan optimis, Henny Nursanti yang dikenal pintar dan cerdas disekolahnya, ikut mendaftar sebagai pegawai kontrak PT. Askes Muaro Bungo Jambi. Nasib baik memang ditakdirkan untuk orang baik, hingga dinyatakan lulus bersama tiga orang lainnya. 

Anak bungsu dari Dua bersaudara ini memang dikenal memegang prinsip papanya untuk bekerja keras, iklas dan cerdas. Melayani dengan sepenuh hati, tetap ramah dan teruslah tersenyum meski jalan terjal mengganjal didepan mata. Bermodal kinerja bagus, Henny Nursanti mendapat kesempatan untuk peningkatan status dari pegawai kontrak menjadi pegawai dasar atas rekomendasi kepala cabang tempat dirinya bekerja saat itu, bapak Yusuf Munir. 

Usaha memang tidak menghianati hasil, begitu kata bijak terucap, Henny Nursanti, akhirnya dinyatakan lulus sebagai pegawai dasar PT Askes setelah melewati serangkaian tes mulai dari tes tertulis, psikotes sampai tes wawancara, pada 1 Desember 2007 silam. Dinilai bekerja baik, Dua tahun kemudian dirinya diberikan kesempatan dan direkomendasikan menjadi pegawai staf. 
 
“Disitu  saya mulai bertugas sebagai petugas Askes Centere di RS, untuk memberikan pelayanan administrasi, informasi, memverifikasi klem obat dan biaya pelayanan, melaksanakan UR bersama manajemen RS,” ucap ibu Tiga orang anak ini dimana Dua anaknya bersekolah di Al-Azhar Bukittinggi, dan Satu anaknya masih Bayi.

Dinilai memiliki prestasi gemilang, akhirnya dia diutus mewakili PT Askes ketingkat nasional mengikuti lomba bagaimana mempromosikan produk tempat dirinya bekerja bersaing dengan BUMN lainnya seperti Telkom, Garuda dan Bank serta BUMN lainnya di Indonesia. nasib baik membawanya meraih juara dua. Karena prestasi itu dirinya mendapat reward dengan kenaikan gred lebih cepat dari seharusnya. Hingga dirinya dipercaya menjadi Kasi Jam Pelkes.

Dan pada tahun 2014, Askes bertranformasi menjadi BPJS Kesehatan, dirinya diberi amanah menjadi kabid PMR, bertanggungjawab terhadap pelayanan ditingkat lanjutan di RS. Dimana, banyak hal-hal baru yang dipelajarinya. Sejak saat itu, kesuksesan demi kesuksesan mengalir bagai air, tepat tahun 2015 dirinya diberikan kepercayaan menjadi kepala BPJS Kesehatan Kabupaten Sarolangon, Kantor Cabang Mungo. Berselang 10 bulan, Henny Nursanti kembali naik jabatan, kali ini menjadi Plh. Kepala Cabang BPJS Kesehatan Lubuk Linggau, Sumatera Selatan. 

“Ini hal yang luar biasa, yang tidak diduga-duga, karena saya merasa dari pegawai kontrak menjadi kepala cabang pada tahun 2016. Semua itu bukan kebetulan dan tidak instan, karena tahun 2007 almarhum papa saya berpesan, kita harus tetap optimis, memberikan kinerja baik, memberikan yang terbaik, ketika sudah jenuh, kita harus mereffres, jangan merasa putus asa, tetap sabar. Dan berkat pesan beliau saya bertahan dan menjadi kepala cabang,” cerita Henny Nursanti, terisak-isak mengenang pesan orang tuanya yang sudah lama meninggalkannya, karena kembali keharibaan sang maha pemilik jiwa.  

Jauh Dari Keluarga, Suka Duka Jadi Kepala Cabang Pertama   

Di Lubuk Linggau tempat tugas pertamanya sebagai Plh. Kepala Cabang, untuk sejak saat itu pula dirinya harus jauh dari orang-orang tersayang. Meski begitu, banyak sekali hal-hal yang didapatkan. Mengingat ketika itu di Sumsel tidak ada satu daerahpun Pemda yang mengintegrasikan pembayaran kepesertaan yang dibiayai Pemerintah daerah dikelola BPJS Kesehatan. Melalui tim yang solid dan hebat-hebat dirinya mampu menjalin komunikasi baik serta meyakinkan Pemerintah daerah diwilayah tugas cabang BPJS Kesehatan Lubuk Linggau, untuk dikelola oleh BPJS Kesehatan. 

“Saya punya tim yang hebat, bersinergi, akhirnya kami bisa mengintegrasikan pembayaran dari pemerintah daerah dikelola BPJS Kesehatan. Saat itu Tiga daerah sudah mulai mengintegrasikan pengelolaan kepada BPJS Kesehatan seperti Pemda Lahat, Pagar Alam, Empat Lawang. Awalnya,  pesimis akhirnya berkat kerjasama, saya optimis,” tutur Henny Nursanti.  

Selain Lubuk Linggau, Kota Purwakarta, salah satu kota yang pernah disinggahi Henny Nursanti. Meski tidak lama, hanya 1 tahun. Tapi sejak saat itu dirinya harus menuggu Dua minggu sekali baru bisa bertemu keluarga, berjauhan dengan orang tua. “Alhamdullah semua bisa dilewati, dan pada tahun  2018 saya kembali menjadi kepala Cabang Muato Bungo, Jambi, ditempat pertama kali saya meniti karir menjadi pegawai kontrak.

Barulah pada 22 April 2021 Henny diamanahkan menjadi kepala cabang BPJS Bukittinggi. Dia berpikir di Bukittinggi pelayanan RS agak tinggi, awalnya dia sempat ragu, berkat teman-teman akhirnya dia bisa. “Dan tahun 2023 ini sudah Empat daerah UHC, ini supor teman-teman semua, staf, kabid, dimana kita saling bekerjasama untuk memberikan advokasi kepada pemda, dimana alangkah baiknya pemda yang memberikan jaminan kesehatan. Ini capaian luar biasa buat saya, intinya adalah kesabaran, kegigihan dan keyakinan apapun ketika kita menyatakan bisa, ini akan bisa,” ceritanya.  

Dia menyebut kesuksesan yang diraihnya saat ini bukanlah karena kecerdasan dan kepintaran yang dimilikinya. “Ini juga berkat doa ibu saya, karena tahun 2007 papa saya sudah tidak ada lagi. Dan satu satunya orangtua saya yang supor, dan sampai tanggal 8 Maret 2023 beberapa hari lalu beliau juga menyusul kembali keharibaan Alloh. Dan ini bukan karena kepintaran dan kehebatan saya, tapi ini berkat doa ibu saya. Apapun yang saya lakukan saya selalu meminta doanya. Saya yakin doa ibu tidak ada hijab dan didengar Allah, terimakasih ibu, ibu segalanya bagi saya,” cerita Henny yang tak kuasa menahan air matanya jatuh menetas ketika mengenang Dua orang yang telah membesarkan dan menyayanginya sejak dirinya mulai membuka mata hingga sesukses sekarang ini.***

Pewarta : Khatik

Posting Komentar

0 Komentar