OPINI, baritonagarinews.com - Palembang adalah satu di antara kota di Indonesia yang terdapat banyak Etnis Cina di dalamnya. Mungkin kebetulan belaka, "Cino" sebutan masyarakat setempat terhadap Etnis ini kebanyakan beragama bukan Islam, bisa Kristen, Katolik atau pun Konghucu. Meski begitu, tidak pernah sekali pun terjadi masalah terkait hal tersebut di sana.
Jika menelisik sejarah, eksistensi Cina di wilayah tersebut bahkan dapat dikategorikan setua usia Palembang. Kedatangan mereka mungkin memang tidak dalam rangka berdakwah, dalam arti mendakwahkan Islam agama dianut masyarakat pribumi, namun eksistensi dan identitas keagamaan yang melekat pada mereka telah meneguhkan identitas masyarakat pribumi. Kedua identitas; Cina dan Pribumi sama-sama kuat seiring modernitas dan perkembangan zaman.
"Tidak ada gading yang tak retak", peribahasa tersebut tepat kiranya menggambarkan realita berikutnya yang menunjukkan perbedaan signifikan seiring perkembangan zaman dengan karakter masyarakat sebagaimana tersebut di atas. Namun demikian, Palembang sebagai kota yang terbentuk dalam kemajemukan senantiasa terjaga.
Ustadz Felix Siauw, siapa yang kini tidak kenal beliau sebagai pendakwah dan pengajar masyarakat kepada Islam? Dikenal sebagai Mu'allaf pada awalnya, menjadi da'i berskala nasional bahkan berjejak internasional.
Sebagai Etnis Cina Palembang, beliau yang kini telah menjadi saksi persyahadatan kakak kandungnya, yang keduanya masuk Islam justru bukan di tanah kelahiran atau di luar Palembang.
Selanjutnya, Dr. Richard Lee, seorang Youtuber yang telah menjadi Muslim juga beretnis Cina dari kota yang sama. Dokter yang juga sempat berkuliah di Sumatera Selatan tersebut justru mengikrarkan diri sebagai Muslim juga tidak di kota Palembang.
Fenomena kontras bagi orang atau masyarakat mayoritas Islam yang mencari kebenaran justru didapat jawaban atau pencerahan ketika berada di rantauan. Tidak hanya terjadi di permukaan, masyarakat kelas menengah seperti pelajar dan mahasiswa juga pegawai, sampai pada akar rumput menunjukkan keistimewaan dalam mencari keutamaan di tanah orang, bahkan terkait kebenaran.
Tidak hendak mengajak masyarakat tertentu untuk melakukan muhasabah sosial maupun inteospeksi diri, namun fenomena "Cino" masuk Islam di Palembang ini patut menjadi pelajaran bersama.
Bahkan bagi yang telah baik, perjalanan merantau ke negeri orang menjadi di antara gambaran pilihan jalan dari sekedar saling kenal di tanah kelahiran sendiri meski berbeda jua.
Etnis Cina Palembang sebagaimana pada umumnya etnis Cina, memiliki semangat atau etos kerja tinggi. Adakah yang sadar, meski Cina sebagai negara termasuk memiliki populasi terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat dan melebihi Indonesia, hingga saat ini daratan Cina masih banyak yang kosong atau berpenduduk sedikit dan sepi.
Namun bekerja keras di tanah orang bahkan beda negara menjadi pilihan mereka dengan hidup dan bertahan di sana. Beberapa di antara mereka mendiami Sumatera Selatan dan memilih beragama berbeda dengan mayoritas masyarakatnya. Meski begitu, sedikit dari mereka merantau lagi ke kota lain dan masuk Islam di sana.
Demikian ulasan singkat tentang fenomena unik Etnis Cina dari Palembang yang masuk Islam. Etnisitas dan agama memang tidak memiliki pengertian yang sama namun tidak berarti juga bertentangan meski terdapat dinamika dan perkembangan di dalamnya. Penulis pribadi meski tinggal di desa merasa senang dengan keberadaan perbedaan yang ada pada etnis Cina juga etnis-etnis lain dengan segala konsekuensinya.***
Penulis : Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. (Penarasi Jogja Sumatera)
0 Komentar