Kegiatan festival pada saat itu diisi oleh bermacam seni dan budaya yang berada di nagari Tabek Panjang, kegiatan festival seni dan budaya saat itu dihadiri oleh bupati Agam yang diwakili oleh staf ahli Em Arsid, serta unsur forkopimda terkait di kabupaten Agam, serta unsur niniak mamak bundo kandung, serta pemuda pemudi dan para undangan.
Dalam kegiatan tersebut terpantau awak media, bahwa kegiatan tersebut diikuti ribuan warga Nagari Tabek Panjang yang meliputi 3 Jorong yang berada di kenagarian tersebut.
Kegiatan ini merupakan sebagai wadah untuk mengangkat kembali tradisi Minangkabau, di sumatera Barat, hal tersebut disampaikan oleh wali Nagari Tabek Panjang Dony Suhendri, saat di wawacarai beberapa awak media usai pelaksanaan pembukaan.
Festival seni dengan mengangkat tema "Nagari Tabek Panjang Art Show 2 ", kita mengakat tema ini karena kegiatan ini merupakan yang kedua kalinya, ucap walinagari.
Dalam Festival yang kedua ini, nagari Tabek Panjang akan menampilkan seni tradisi Tabek Panjang diataranya, Gandang Tigo, Seni Ambun Malam, pawai Alegoris, Rabbano Dikia, Lomba Tari, Lomba Lagu, Lomba Fashion Show, festival Rebana, sanggar tari SMA 1 Baso, festival Tambua, dan festival lainnya.
"Namun dalam kegiatan di tahun yang ke dua ini, kita lebih menonjolkan yaitu "Gandang Tigo", pada tahun dahulu yang di kedepankan yaitu Tekuluak Tanduak, yang mana usianya sudah mencapai 200 tahun" ucapnya.
Menggali potensi daerah itu adalah suatu hal yang harus dilakukan di nagari yang berada di Sumatera barat ini, karena kalau tidak dengan cara ini, nilai - nilai budaya yang ada di nagari akan hilang, jika tidak di lestarikan.
"Alhamdulillah pada Art Show yang pertama dahulu, Festival seni masuk nominasi warisan budaya di nasional dan Alhamdulillah itu sudah kita terima piagam atau sertifikat dari menteri kebudayaan" tuturnya.
Kemudian Festival kedua ini kita akan menonjolkan yaitu "Gandang Tigo",seperti yang telah diuraikan sebelumnya masa Gondang tigo ini merupakan asli alat kesenian dari nagari Tabek Gadang yang mana usianya juga sudah hampir 200 tahun.
" Kita minta kepada pemerintah daerah kabupaten Agam agar merekomendasikan, bagaimana nanti supaya "Gandang Tigo" ini menjadi masuk warisan budaya di tingkat nasional". ucapnya.
"Kami bersyukur sekali dengan tampilan yang dilombakan, saya akan mematenkan Nagari Tabek Panjang Art Show ini, yang pasti dengan ini akan muncul potensi seni dan inovasi baru dalam menampilkan budaya Minangkabau ke masyarakat luas," ujarnya.
Dengan festival seni yang diselenggarakan agar dapat memberikan edukasi sejarah kepada generasi muda di Sumatera Barat. "Banyak yang terlupakan oleh anak muda saat ini, kami mendukung kegiatan seni ini agar budaya adat tidak hilang ditelan zaman, tuturnya.
Semntara itu, berdasarkan keterangan yang di dapat dari Ardinus Malin Batuah, (63) di dampingi Irzal Sinaro Nan Elok, (58) dan Efrizal Sutan Marajo, (67) merupakan Tim dari "Gandang Tigo" mengatakan Musik “Gandang Tigo” adalah kesenian tradisional anak nagari Tabek Panjang, Kecamatan Baso, yang diwarisi sejak lama dari nenek moyang terdahulu secara turun temurun.
Generasi penerus saat ini tidak lagi mengetahui secara pasti, kapan tradisi musik “Gandang Tigo” ada di Kenegarian Tabek Panjang, ucapnya.
Kesenian yang disebut dengan “Gandang Tigo” adalah seni musik berupa suatu ensambel musik terdiri atas tiga buah alat musik keluarga gong (gong family) dengan diameter lebih kurang berukuran sekira 25 – 30 cm.
Masyarakat Tabek Panjang – Baso, menyebut alat ini adalah "gandang”, yang dapat diartikan sebagai alat musik pukul.
Ensambel musik Gandang Tigo lazim juga dimainkan sekaligus bersamaan dengan permainan musik talempong pacik, terdiri atas talempong anak, talempong palalu, dan talempong paningkah.
Musik ini biasanya dimainkan dalam konteks upacara adat, seperti misalnya batagak pangulu, alek anak nagari atau kegiatan gotong royong sebagai pemeriah suasana.
"Dengan demikian kesenian ini patut kita pelihara sebagai legitimasi kehidupan masa lalu, dan alat bukti sejarah yang patut jadi kebanggaan"
Keberadaan musik Gandang Tigo yang diwarisi oleh anak nagari Baso – Tabek Panjang sebagai benda pusaka yang tak ternilai, pungkasnya.***
Pewarta :stm
0 Komentar