Recent Post



Mahasiswa KKN PPM Unand, Potensi tersembunyi Wisata di Palembayan. Spot View di Bateh Gadang Tidak Kalah dari Puncak Lawang

Gerbang masuk nagari Sungai puar, kec. Palembayan
Photo: BRIVEL TV Youtube Channel (25 Jan 2023).

Agam, BN-News - Banyak potensi mencengangkan yang ditemukan mahasiswa ketika menjalani program KKN PPM, diantaranya adalah potensi Wisata tersembunyi di nagari Sungai Puar, Palembayan, Agam. Demikian kata Arif Rahman Syakbana mahasiswa Unand yang baru selesai melaksanakan KKN PPM di nagari tersebut kepada redaksi BN-News melalui rilisnya pada Selasa (29/08/2023).

Wali nagari Sungai Puar Palembayan mengatakan "spot view pemandangan di Bateh Gadang lebih indah daripada Puncak Lawang dan sangat bagus dikembangkan untuk olahraga Paralayang." Hal itu membutuhkan perhatian lebih untuk memajukan nagari.

"Selama 42 hari menjalani KKN PPM (Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat), sejak 11 Juli 2023 - 21 Agustus 2023 di nagari Sungai Puar, kecamatan Palembayan, kabupaten Agam, Sumatera Barat. Berdasarkan macam-macam potensi destinasi pariwisata  di nagari tersebut, mahasiswa KKN PPM Unand telah melakukan survey dan membuat perencanaan tentang perlunya memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki untuk dikelola agar menjadi keuntungan untuk nagari. Ini perlu adanya perhatian dari pemerintah daerah dalam membantu menunjang pembangunan destinasi wisata di nagari tersebut."

Mahasiswa Unand melaksanakan tugas KKN PPM di nagari Sungai Puar, Palembayan, Agam tahun 2023

"Kelompok Mahasiswa Unand yang ditugaskan di nagari ini melakukan program kerjanya bergerak di bidang pendidikan, pertanian, peternakan, kesehatan, IPTEK, UMKM, dan salah satunya adalah pariwisata, yang didampingi oleh Dr. Juniarti, SP., MP. selaku Dosen Pembimbing Lapangan.


Profil nagari Sungai Puar

Nagari Sungai Puar terletak di Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Kondisi geografis nagari Sungai Puar cukup bervariasi terdiri dari dataran tinggi, dan perbukitan dengan ketinggian 700 sampai 900 mdpl. Luas nagari Sungai Puar 2.715 ha, atau 4.019 km persegi atau 11,59% dari luas wilayah Kecamatan Palembayan, yang berbatasan dengan:

- Sebelah Utara, berbatas dengan Kecamatan Palupuh;

- Sebelah Selatan, berbatas dengan Kecamatan Tanjung Raya;

- Sebelah Timur, berbatas dengan nagari Baringin Kecamatan Palembayan;

- Sebelah Barat, berbatas dengan nagari Ampek Koto Palembayan Kecamatan Palembayan.

Berdasarkan pembagian lokasi geografisnya dan luas nagari Sungai Puar terbagi menjadi 3 (tiga) jorong, yakni:

- Jorong Sungai Pua, seluas 1.350 ha atau 13,5 km persegi;

- Jorong Muaro Palintangan, seluas 890 ha, atau 8,9 km persegi;

- Jorong Data, seluas 475 ha, atau 4,75 km persegi

"Kekayaan sumber daya alam nagari Sungai Puar memiliki daya tarik khusus yang dapat dijadikan tempat destinasi objek pariwisata. Rencana pembangunan destinasi wisata tersebut telah masuk di salah satu item RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) nagari Sungai Puar. Dengan memanfaatkan sumber daya alam ini, diharapkan dapat menjadi keuntungan buat Nagari."

Terdapat beberapa potensi destinasi pariwisata di Nagari Sungai Puar, antara lain:

1. Air Terjun Sarasah

Air terjun Sarasah merupakan air terjun alami dengan ketinggian sekitar lebih kurang 30 m yang terletak di arah selatan dari jorong Sungai Puar nagari Sungai Puar.

Sarasah diambil dari bahasa Minang yang berarti kumpulan air yang jatuh. Masyarakat nagari Sungai Puar menyebutnya Aia Tajun Sarasah.

Air Terjun Sarasah dulunya merupakan kampung yang dihuni oleh masyarakat nagari Sungai Puar yang dijadikan sebagai tempat pengairan sawah sekitaran air terjun Sarasah sampai jorong Sungai Puar, tetapi saat ini air terjun sarasah dijadikan masyarakat sebagai tempat pemandian. 

Air Terjun Sarasah

Mahasiswa KKN PPM Unand melihat adanya potensi bahwa Air Terjun Sarasah bisa dijadikan tempat destinasi wisata pemandiaan umum dengan melakukan pembangunan baik dari segi akses jalan hingga sarana prasana yang dibutuhkan.

Dalam rancangan kerjanya mahasiswa KKN PPM Unand berencana akan melakukan penanaman bibit Bunga Bangkai sebagai daya tarik wisata yang khas dimiliki oleh air terjun tersebut.


2. Kolam Mondak

Kolam Mondak merupakan tempat peninggalan Belanda pada masa kolonialisme. Sekarang kolam dijadikan sebagai irigasi pengairan sawah.

Belanda menamainya “Mandaag” yang diambil dari bahasa Belanda yang artinya hari Senin karena pada saat itu para raja-raja Belanda mandi pada setiap hari Senin.

Kolam mondak terletak di barat laut dari jorong Sungai Puar yang letaknya strategis karena di pinggir jalan lintas. Kolam Mondak memiliki lebar kurang lebih 30 m dengan ketinggian air 1,5 m. Sumber air kolam mondak bersumber dari mata air yang jernih dan tak pernah kering walaupun di musim kemarau. Dengan kejernihan yang dimiliki kolam mondak tersebut masyarakat nagari Sungai Puar menjadikannya sebagai tempat pemandian.

Kolam Mondak

Dalam rancangan destinasi Wisata mahasiswa KKN PPM Unand di nagari tersebut Kolam Mondak direkomendasikan menjadi Waterboom mini. Di sekitar kolam ditanam bibit Bunga Bangkai sebagai daya tarik wisata. Ini diperlukan adanya perencanaan pembangunan yang baik dari segi akses jalan hingga sarana prasana.


3. Pusaro Lakuang

Pusaro Lakuang adalah tanah wakaf yang dijadikan sebagai tempat pemakamam umum yang terletak di barat daya jorong Sungai Puar.

Pusaro lakuang berasal dari bahasa Minang, yaitu “Pusaro” yang artinya kuburan dan “Lakuang” berarti cekung, dapat diartikan bahwa Pusaro Lakuang adalah Kuburan Cekung. Hal itu karena dataran permukaan tanah sekitarnya membentuk seperti cekungan. Karena bentuk permukaan tanah kuburan di sekitarannya cekung.

Masyarakat jorong Sungai Puar telah melakukan upaya berbagai cara untuk meratakan tanah kuburan tersebut agar menjadi rata hingga melakukan penimbunan tanah, tetapi lambat laun tanah tersebut turun hingga kembali ke asalnya yang cekung.

Pusaro Lakuang

Menurut masyarakat jorong Sungai Puar, bahwa Pusaro lakuang sudah ada sejak abad ke-18. Dari legenda masyarakat diceritakan; asal muasal adanya pusaro lakuang yakni karena ada seorang musafir yang melakukan perjalanan jauh dengan membawa sebuah tas terbuat dari anyaman rotan yang berisi sebuah batu yang berbentuk seperti batu nisan. Musafir tersebut merupakan pria lanjut usia yang memiliki ilmu tinggi yang telah meramalkan dirinya bahwa ia akan tinggal menetap dan menutup usianya di jorong Sungai Puar. Sebelum wafat, ia berwasiat kepada orang terdekatnya agar dipasangkan batu nisan itu.

Hal tersebut membuat masyarakat dulu mempercayai bahwa pusaro lakuang merupakan tempat kramat hingga menjadi tempat seseorang mempersembahkan nazarnya seperti menyimpan uang, hewan ternak, dan seperti persembahan lainnya di kuburan seorang musafir tersebut.

Saat ini pusaro lakuang dijadikan sebagai tempat pemakaman umum dan dipercaya oleh masyarakat jorong Sungai Puar bahwa pusaro lakuang tersebut akan berbunyi seperti gemuruh yang kencang jika melanda dan menandakan adanya malapetaka yang akan & sedang terjadi yang menimpa nagari.

Dengan demikian, Mahasiswa KKN PPM Unanad melihat bahwa pusaro lakuang memiliki potensi wisata cagar budaya yang harus dijaga & dilestarikan dan dapat dijadikan sebagai destinasi wisata karena memiliki sejarah yang unik. Namun sangat disayangkan bahwa Pusaro ini tidak terawat dengan baik.


4. Pancuran Tujuah

Pincuran Tujuah merupakan tempat pemandian umum yang terletak di Timur jorong Sungai Puar. Pincuran Tujuah diambil dari bahasa Minang yang artinya Pancuran Tujuh, karena terdapat 7 (tujuh) buah pancuran air disitu.

Pincuran tujuah dipisah menjadi 2 (dua) tempat pemandian yakni 4 (empat) pancuran di tempat pemandian perempuan dan 3 (tiga) pancuran di tempat pemandian laki-laki.

Pincuran tujuah bersumber dari mata air yang sangat jernih hingga telah dilakukan riset oleh tenaga kesehatan bahwa air di pincuran tujuah tersebuh layak diminum langsung.

Pincuran Tujuah

Pincuran Tujuah pada saat itu luas dan memiliki fasilitas yang layak. Tetapi sayangnya pincuran tujuah sudah 3 (tiga) kali terkena longsor karena letaknya di bawah tebing yang berpotensi longsor.

Hal tersebut membuat pincuran tujuah menjadi salah satu potensi objek wisata tempat pemandian umum yang perlu dijaga dan dilestarikan karena memiliki sejarah yang penting bagi masyarakat nagari Sungai Puar.


5. Rajang & Sungai Batang Sianok

Rajang berasal dari bahasa Minang yang artinya jembatan gantung. Rajang terletak di timur jorong Muaro Palintangan dari jorong Sungai Puar. Rajang merupakan jembatan penghubung antara daerah jorong Muaro Palintangan dengan daerah jorong Muaro Palintangan lainnya yang berdiri pada abad ke-18.

Rajang dulunya terbuat dari kayu bambu dengan lebar 1 m, kini dengan adanya pembaharuan Rajang buat dari plat besi dengan lebar 2 m. Di bawah jembatan gantung (rajang) terdapat sebuah sungai Batang Sianok yang airnya deras. Aliran sungai ini bersumber dari Gunung Singgalang.

Rajang Sungai Batang Sianok

Hal tersebut membuat Mahasiswa KKN PPM Unanad melihat adanya potensi destinasi wisata yang dapat dibangun seperti penanaman bibit Bunga Bangkai di sekitaran Rajang (jembatan gantung) yang menjadi daya tarik wisata dan menjadikan arus derasnya sebagai destinasi wisata arum jeram.

Sungai Batang Sianok


6. Bateh Gadang

Bateh Gadang diambil dari bahasa Minang yang artinya batas besar. Bateh Gadang merupakan dataran tinggi yang menjadi pembatas antara nagari Sungai Puar dengan nagari Beringin yang terletak di barat jorong Data dari jorong Sungai Puar.

View Danau Maninjau dari Bateh Gadang

Kepada mahasiswa KKN PPM Unand Arif Rahman Syakbana, wali Nagari Sungai Puar, Yulifsonneri, A.Md., mengatakan "bahwa Bateh Gadang dapat dijadikan destinasi pariwisata spot pemandangan dan tempat paralayang. Karena view bateh gadang mengarah ke arah danau Maninjau yang dipercaya bahwa view pemandangan dari Bateh Gadang lebih bagus dari Puncak Lawang. Namun sayangnya terdapat kendala dalam perizinan melakukan pembangunan karena daerah Bateh Gadang merupakan cagar alam.

Kontributor: Arif Rahman Syakbana (Mahasiswa KKN UNAND)

Editor: Malin / Redaksi





Posting Komentar

0 Komentar